Rabu, 23 Januari 2013

BISNIS BERKEBUN BAMBU

BISNIS BERKEBUN BAMBU

Di Jepang, saya melihat banyak sekali kebun bambu, yang dipanen batang, maupun rebungnya. Saya mendengar di Korea, RRC, Taiwan, Vietnam, dan Thailand, bambu juga sudah biasa dikebunkan. 
Apakah di Indonesia budi daya bambu bisa menjadi bisnis yang menarik? (Alexander, Semarang).
Sdr. Alexander, potensi bisnis budi daya bambu di Indonesia juga cukup menarik. Hasil dari budi daya bambu memang dua macam, yakni batang bambu, dan sekaligus rebungnya. Selain untuk sayuran, rebung bambu juga diserap oleh para produsen lumpia semarang. Dalam skala besar, rebung bambu bisa diespor dalam bentuk segar utuh, segar dicincang (semuanya frozen), atau dikalengkan. Sedangkan bambunya, dalam skala kecil akan diserap oleh insustri kerajinan, meubel, dan bangunan. Dalam skala besar bambu akan diserap oleh industri pulp.

Jenis bambu tropis yang batangnya besar, dan rebungnya enak adalah bambu ater (Gigantochloa atter), bambu hitam (Gigantochloa verticillata), bambu strip (bambu hijau bergaris-garis vertikal kuning, Gigantochloa maxima), dan bambu betung (Dendrocalamus asper). Jenis bambu yang dibudidayakan di Jepang, RRC dan Korea adalah bambu sub tropis. Antara lain Genus Phyllostachys (11 spesies), Bambusa (3 spesies), Semiarundinaria (1 spesies), Sinobambusa (2 spesies), Shibataea (1 spesies), Tetragonocalamus (1 spesies), Pleioblastus (4 spesies), Sasaella (1spesies), Pseudosasa (2 spesies), Sasa (2 spesies), Chemonobambusa (1 spesies), dan Hibanobambusa (1 spesies).

Bambu hitam kita Gigantochloa verticillata, beda dengan bambu hitam sub tropis, yakni Phyllostachys nigra, yang masih satu genus dengan bambu kuning, pring gading, (Phyllostachys aureosulcata). Jenis bambu ini paling populer sebagai bahan kerajinan, meubel, maupun bangunan tradisional, terutama saung yang artistik. Meskipun permintaan bambu hitam cukup besar, namun sampai sekarang belum ada kebun bambu hitam dalam skala besar yang dikelola secara profesional. Sementara di Jepang, Korea, dan RRC, bambu hitam sudah menjadi komoditas yang cukup penting, dengan dua hasil utama: kayu dan rebung.

Di negeri kita, budi daya bambu masih menggunakan benih anakan dari bonggol yang berukuran besar. Sementara di Jepang, Korea, dan RRC, budi daya bambu sudah menggunakan benih dari cabang yang tumbuh pada batang utama. Pemanfaatan cabang untuk benih, jauh lebih menguntungkan jika dibanding dengan anakan yang diambil dari rumpun (bonggol bambu). Sebab biaya pengambilan bonggol (dengan cara digali, dipotong dan didongkel), jauh lebih tinggi jika dibanding dengan menumbuhkan akar pada pangkal cabang yang menempel di batang. Pengangkutan benih dari cabang juga relatif murah, karena bobot serta volumenya tidak sebesar benih berupa bonggol.

Untuk menumbuhkan akar pangkal cabang bambu tersebut dibersihkan dari seludang, kemudian dipasangkan serbuk sabut kelapa yang dibungkus plastik transparan. Kalau akar sudah tumbuh dan mulai kelihatan berwarna cokelat, maka cabang tersebut bisa diambil, kemudian bagian ujungnya dipotong, disisakan hanya sepanjang 1 m. Setelah plastik pembungkus media dibuang, benih disemai dalam polybag. Diperlukan waktu sekitar 1 sd. 3 bulan dalam penyemaian untuk menumbuhkan tunas-tunas baru. Baik tunas cabang maupun tunas batang dari dalam media. Ketika itulah benih sudah bisa dipindahkan ke lahan secara permanen.

Jarak tanam antar rumpun di kebun bambu 4 X 6 m, hingga populasi per hektarnya bisa mencapai 400 rumpun. Dalam tiap rumpun ada 5 batang buluh yang siap untuk dipanen setiap tahun 1 buluh. Hingga dari 1 hektar kebun bambu, tiap tahunnya dapat diperoleh 400 batang bambu yang sudah cukup tua karena berumur 5 tahun. Kalau satu batang bambu di kebun berharga Rp 5.000 maka dari tiap hektar kebun bambu itu tiap tahunnya dapat diperoleh pendapatan Rp 2.000.000. Selain itu, apabila kebun bambu diberi pengairan, dari masing-masing rumpun, tiap minggunya dapat dipanen 1 rebung bambu, sebab pertumbuhannya cukup cepat.

Dari satu hektar kebun bambu, dapat dipanen 400 rebung per minggu. Setelah dibersihkan dan bagian pangkalnya dibuang, bobot satu rebung hanya sekitar 1 sd. 1,5 kg.  Hingga hasil per hektar per tahun sekitar 20 sd. 30 ton rebung yang sudah terkupas dan dibuang bagian pangkalnya yang berkayu. Dengan harga sekitar Rp 2.000 per kg, maka dari satu hektar lahan itu akan dapat diperoleh pendapatan kotor dari rebung Rp 40.000.000 sd. Rp 60.000.000 dalam setahun. Sebagian besar pendapatan akan terserap untuk biaya penyusutan, tenaga kerja (pengambilan rebung dan pengupasan), serta untuk pengairan. Pendapatan bersih bisa separo dari pendapatan kotor tersebut. * * *

Sumber : http://foragri.wordpress.com/2012/10/08/bisnis-berkebun-bambu/

4 komentar:

  1. Luar Biasa Kajian Ini Pak Hasan

    BalasHapus
  2. Perkenankan saya sukamto.alamat desa galanggang kab bandung barat,pekerjaan petani tak berlahan? Mengapa bertani tak mempunyai lahan,,, benar kalau saya bertani dan harus mempunyai lahan,terlalu luas lahan yang saya perlukan nanti masyarakat lainnya tak kebagian lahan maka untuk lahan bertani itu saya memerlukan bantuan pemerintah ataupun perusahaan suwasta untuk mengembangkan produk hasil pertanian saya,tanaman yang saya tanam 1batang memerlukan lahan, seluas 49 m2 kalau saya tanam 10 000 batang alangkah luas lahan yang di perlukan, dalam 1 ha , memerlukan bibit 300 batang saja .harapan saya kedepan saya dapat bertani untuk memberikan nilai fropit cukup baik terhadap perusahaan pengembang.dan mensejahterakan masyarakat yang menekuninya. Salah satu wadah untuk mewujudkan cita cita saya itu perlu adanya dukungan dan kerjasama dari instansi pemerintah yang membidangi terutama kementerian_ kehutanan_dan program program _penanaman bambu_ saya selaku masyarakat kecil hanya baru bisa membuatkan bibit bambu _untuk keberlangsungan _program penghijauan _budi daya_dan konservasi_dengan adanya program penanaman bambu tsb harapan saya kedepan masyarakat dapat memanfaatkan hasil hutan non kayu dengan leluasa tanfa keterbatasan matrial karena bambu satu satunya matrial dan sumber energi dapat di perbaharui dalam waktu singkat_ katakanlah menurut penelitian saya dilapangan tanaman bambu dapat bergenerasi dalam waktu 8bulan saja_dalam arti tanaman bambu dalam satu batang_mempunyai percepatan 8bulan bergenerasi _kalau satu rumpun terdiri dari 50 batang maka generasi yang di hasilkan minimal 30 batang dalam 8bulan _maka satu rumpun mempunyai produktifitas 80 batang dalam 8 bulan_ yang tentunya akan memberikan berbagai nilai terhadap kehidupan_ ekonomi ekologi dan terutama akar akar serabutnya akan mengabdikan dirinya sepanjang massa untuk-menyeraf air_ kedalam tanah dan memberikan kesegaran terhadap sumber air_dan pengairan pertanian __terimaksih sudah peduli membaca artikel wong ndeso_jangan lupa kalau memerlukan bibit bambu _di bertani tak berlahan _menyediakan bibit bambu petung_bibit bambu wulung_bibit bambu hitam_bibit bambu kuning _bibit bambu _ampel_bibit bambu_Tutul-bibit bambu guadua_bibit bambu cendani-bibit bambu_thailand_\giant bamboo_bibit_bambu_cangkoreh_bibit bambu budha_bibit bambu oldhamii_bibit bambu lengka_ater_temen_kekes_tamiang_gombong_lemang hijau-lemang kuning p bali- dan banyuak lagi jenis bambu yang akan kami persembahkan untuk bumi dan kesejahteraan masyarakat _no kontak sukamto_online wa087823021226_ cp hp_085_320_51_4430 _area bandung dari pintu tol padalarang 6km arah batu jajar salam bambu selalu sukamto

    BalasHapus
  3. SAYA TERTARIK MENANAM BAMBU YANG REBUNGNYA DAPAT DIKONSUMSI SEBAGAI SAYURAN DAN MAKAN LAINYA, SAYA PUNYA LAHAN SELUAS 10 HA YANG SAYA SIAPKAN UNTUK MENANAM BAMBU, BAGI REKAN-REKAN YANG BERMINAT BERINVESTASI SAYA SIAP MENJALIN KERJASAMA, HUB. 081213193576

    BalasHapus