Rabu, 23 Januari 2013

Bambu solusi terbaik untuk mengatasi Banjir


Solusi Terbaik Penanggulangan Banjir
Oleh : Syahri Syawal Harahap, SP, M.Si.

Senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi adalah Air. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi.  Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Air yang seyogianya hanya membawa berkah dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya di gunakan sebagai bahan cairan dalam tubuh makhluk hidup, lebih dari pada itu air sangat dibutuhkan dalam bahan pencuci dalam aktifitas sehari-hari.

Air memiliki fungsi yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan irigasi pertanian, bahkan di era modern energi potensial air sebagai penggerak tubin, energi listrik yang ramah lingkungan memiliki tenaga pembangkit listrik luas biasa dan terbukti dapat mengatasi krisis lisrik di nusantara ini.

Akan tetapi air yang begitu vital dalam kehidupan makhluk di muka bumi sering kali berubah fungsi yang sangat membahayakan menghancurkan alam bahkan menjadi monster yang sangat ganas untuk membunuh manusia yaitu banjir.  Banjir adalah jumlah air yang berlebihan mengalir dengan kapasitas besar di luar kemampuan daya tampung sungai dan di luar kapasitas serap permukaan. Sesuai dengan sifat air maka air banjir akan menerobos dengan cepat dan meluluhlantakkan apa saia yang ada di bawahnya.

Kecerobohan dan kesombongan manusia dalam mengeksploitasi sumber daya alam ini adalah biang dari bencana banjir yang sering kita alami akhir - akhir ini.  Misalnya kerusakan hutan yang sangat parah telah merusak sistem lingkungan dimana seharusnya hutan adalah tempat penyimpanan air di dalam tanah, sudah tidak berfungsi lagi tugasnya menangkap air hujan dan memasukkannya keperut bumi, sehingga saat hujan turun, maka air hujan mengalir serta - merta di permukaan bumi menuju tofografi terendah dan sampai ke sungai.  Apabila daya tampung sungai tidak cukup maka air akan berserakan dan menerjang semua penghalang.

Solusi
Solusi terbaik adalah pengendalian banjir secara ekologi yaitu membangun ekosistem hutan dan ekosistem sungai dengan terencana.   Pelaksanaan pelestarian hutan atau rehabilitasi hutan dengan berbagai macam jenis tanaman belum mampu meredakam ganasnya banjir dikarenakan belum efektifnya jenis pohon dari rehabilitasi itu sendiri. Setiap satu kesatuan rehabilitasi itu harus memiliki tujuan khusus agar efektifitas dan efisiensi dapat tercapai dengan sempurna.

Penulis sangat mengapresiasi atas kebijakan pemerintah Propinsi Bali yang telah mengembangkan dan membangun hutan bambu sebagai rehabilitasi hutan dengan tujuan khusus pengamanan sumber daya air (SDA).   Dengan membangun hutan bambu adalah komoditi hutan terbaik dalam mengamankan curah hujan yang tinggi dan memasukkannya ke perut bumi dan bambu adalah tanaman tercepat dalam mengembangkan permukaan tangkapan air hujan di banding hutan kayu-kayuan.

Pengamatan dan penelitian yang dilakukan Penulis melalui DPD Pemuda Tani Sumut 2011 yang disponsori GAPENTA (Gabungan Penangkar Tanaman) Binjai membuktikan bahwa pohon bambu mampu tumbuh merumpun dengan kecepatan 3,92 m2 pada usia 7 tahun.

Sedangkan pada kayu-kayuan hanya 0,87 m2, di hitung dari luas tempat tumbuh akar yang menutupi permukaan di sekitar tegakan sedangkan untuk panjang garis resapan pada aliran batang di permukaan dengan tahun yang sama bambu memiliki garis resapan 34 kali lebih panjang di banding kayu-kayuan, di mana bambu setelah berumur tujuh tahun terdapat 183 pohon dalam satu rumpun dengan diameter rata-rata 6,3 centimeter .

Berarti panjang garis resapan 34,587 meter sedang pada kayu-kayuan hanya 0,911 meter. Tingkat kegemburan di bawah pohon bambu lebih tinggi di banding di bawah pohon kayu dengan kata lain porositas hutan bambu lebih baik di banding hutan kayu.   Dari hasil angka-angka yang didapat di pastikan dengan membangun hutan bambu akan mampu menyerap hampir seluruh curah hujan yang turun di tahan dan dimasukkan kedalam perut bumi.

Penelitian lain dari hutan bambu di kuatkan oleh penelitien yang dilakukan oleh Negara China. Hasil studi akademi Beijing dan Xu Xiaoging, melakukan inventarisasi dan perencanaan hutan dengan melakukan studi banding hutan pinus dan bambu pada DAS ternyata bambu menambah 240 % air bawah tanah lebih besar dibanding hutan pinus. (Bareis, 1998 dalam Garland 2004)

Manfaat Bambu

Bambu sebagai pilihan utama untuk reboisasi pada daerah aliran sungai terutama pada lokasi sumber tangkapan air, karena memiliki kemampuan mempengaruhi retensi air dalam lapisan topsoil yang mampu meningkatkan aliran air bawah tanah sangat nyata.  Manfaat lain dari bambu yaitu memiliki keunggulan untuk memperbaiki sumber tangkapan air yang sangat baik, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah secara nyata.

Selain itu bambu merupakan tanaman yang mudah di tanam, tidak membutuhkan perawatan khusus, dapat tumbuh pada semua jenis tanah (baik lahan basah/kering), tidak membutuhkan investasi besar, pertumbuhannya cepat, setelah tanaman mantap (3-5 tahun) dapat di panen setiap tahun tanpa merusak rumpun dan memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan alam dan kebakaran.
Bambu juga memiliki kemampuan peredam suara yang baik dan menghasilkan banyak oksigen sehingga dapat ditanam di pusat pemukiman dan pembatas jalan raya.

Dari perpaduan hasi-hasil penelitian di atas dapat simpulkan bahwa untuk pencegahan banjir di butuhkan populasi bambu yang lebih banyak, karena bamabu memiliki area resapan air hujan lebih dari 4 kali luas dari hutan kayu pada umur yang sama 7 tahun. Pa-da garis resapan untuk aliran batang hampir bambu memiliki 35 kali lebih panjang dibandingkan dengan pohon kayu pada usia hutan yang sama (7 tahun).

Pada hutan bambu mampu menyimpan air sebanyak 3 ½ kali lipat dari hutan cemara (Lee-peng, China, 1987) dari kesimpulan ini di harapkan pemerintah daerah yang memiliki potensi banjir yang tinggi seperti Propinsi Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat dapat mengembangkan populasi bambu sebagai antisipasi banjir mendatang. Semoga bambu menjadi salah satu solusi dan pilihan terbaik dalam menanggulangi banjir.***

Penulis adalah Staf Pengajar Fakultas Pertanian UMSU, Anggota Tim (TKPSDA) Wilayah Toba - Asahan dan Wakil Ketua Pemuda Tani Indonesia Sumut.


Sumber :  http://www.analisadaily.com/news/read/2012/10/23/82941/solusi_terbaik_penanggulangan_banjir/#.UP486PJGQsE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar