Minggu, 27 Januari 2013

Arang dari Bambu

 


Arang Bambu

Pembuatan arang dari bahan bambu telah diteliti oleh Nurhayati pada tahun 1986 dan 1990 masing-masing dengan cara destilasi kering dan cara timbun skala semi pilot. Penelitian tersebut menggunakan bahan empat jenis bambu, yaitu bambu tali (Gigantochloa apus Kurz), bambu ater (Gigantochloa ater Kurz), bambu andong (Gigantochloa verticillata Munro) dan bambu betung (Dendrocalamus asper Back). Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa pada tiap bagian batang bambu dari jenis yang sama terdapat perbedaan berat jenis dan sifat hasil destilasi kering. Arang dari bagian bawah batang pada semua jenis bambu menunjukkan berat jenis dan rendemen arang yang tinggi. Perbedaan letak pada bagian batang bambu ater menunjukkan kecenderungan makin ke atas makin rendah rendemen arang yang dihasilkannya.

Bagian tengah atau atas batang dari semua jenis bambu yang dicoba rendemen piroligneous liquor menunjukkan hasil paling tinggi. Untuk bambu andong dan bambu betung rendemen piroligneous liquor yang paling tinggi dihasilkan oleh bagian batang atas, sedangkan pada bambu ater dan tali rendemen tertinggi dihasilkan pada bagian tengah batang. Hasil pengamatan sifat arang dari empat jenis bambu dapat dilihat pada Tabel 16, sedangkan Tabel 17 menunjukkan sifat arang bambu dengan cara timbun.

   


Sifat hasil destilasi kering dari empat jenis bambu yang dicoba tidak menunjukkan perbedaan nyata. Nilai rata-rata rendemen arang adalah 36,05%, piroligneous 40,58% dan tar 6,55%. Sifat arang dari empat jenis bambu yang dicoba menunjukkan perbedaan nyata. Berat jenis arang paling tinggi dihasilkan oleh bambu ater (0,62 g/cm3) dan yang paling rendah bambu tali (0,25 g/cm3).

Kadar abu paling tinggi terdapat pada bambu betung (7,46%) dan paling rendah pada bambu lati (5,65%). Kadar zat mudah terbang paling tinggi pada bambu tali (24,43%) dan paling rendah pada bambu betung (17,06%). Kadar karbon tertambat paling tinggi terdapat pada bambu betung (75,54%) dan paling rendah pada bambu tali (69,78%).

Nilai kalor arang yang dihasilkan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata tetapi berbeda nyata menurut bagian batang. Nilai kalor arang rata-rata 6602 cal/g. Nilai kalor yang dihasilkan oleh bagian bawah bambu andong, ater dan tali menunjukkan paling tinggi. Nilai kalor arang bambu tali menunjukkan perbedaan sangat nyata pada tiap bagian batang dengan kecenderungan makin keatas batang makin rendah nilai kalornya.

Berdasarkan perbandingan antara keempat jenis bambunya, dapat ditentukan bahwa bambu ater paling baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang. Proporsi yang tinggi diperoleh dari rendemen arang yang berkualitas baik. Sedangkan rendemen arang mentah dan bubuk, proporsinya paling rendah. Sifat arang bambu yang dihasilkan umumnya relatif sama dengan sifat arang dari kayu bakau. Sifat arang bambu ater dan bambu tali lebih baik dari sifat arang bambu andong dan bambu betung.

Pembuatan arang aktif dari bahan bambu telah diteliti oleh Nurhayati (1994). Serpihan contoh bambu diaktivasi dan dikarbonisasi dalam ukuran 0,2 - 0,5 cm dalam kondisi kering. Aktivasi dilakukan dengan perendaman serpih dalam larutan asam fosfat 20% selama 24 jam, setelah itu contoh ditiriskan tinggal setengah kering, lalu dimasukkan ke dalam retort dan di panaskan sampai suhu 900°C selama 3 - 4 jam. Selanjutnya diaktivasi lagi dengan uap panas selama 1 jam. Arang aktif yang dihasilkan dengan cara ini dianalisa sifat absorpsinya terhadap iodine dan hasilnya tercantum dalam Tabel 18.
 



Sumberr : http://www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang/teliti/bambu.htm
Sumber Gambar : http://arangbambu.files.wordpress.com/2011/02/arang4.jpg;   http://kotakitaku-tamanbambunusantara.blogspot.com/2012/05/bisnis-prospektif-arang-bambu-dan-arang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar