Minggu, 20 Januari 2013
Prospek Perkebunan Bambu
Prospek Perkebunan Bambu
Tanaman bambu memiliki prospek yang sangat menjanjikan di masa depan, ditengah perhatian dunia yang lebih, terhadap perubahan iklim dan perlindungan hutan.
Bambu adalah tanaman sumber penghasil kayu yang dapat tumbuh dengan cepat di bumi. Dan merupakan tanaman pengganti kayu dari hutan tropis yang saat ini sudah sangat berkurang akibat dari permintaan yang sangat besar dari industri, oleh karena itu perhatian terhadap produksi bambu mulai meningkat di semua benua baik Asia, Afrika, maupun Amerika.
Bagaimanapun juga permintaan bambu secara global tumbuh lebih cepat dari tingkat ketersediaannya. Sehingga peluang bisnis perkebunan bambu masih sangat besar dan terbuka.
Dari waktu ke waktu bambu selalu dapat membuktikan sebagai bahan baku yang dapat diandalkan dalam berbagai aplikasi praktis. Di abad 21 ini bambu akan terus menjadi komoditas industri yang semakin berharga. Kita berharap akan semakin sering menemukan lebih banyak produk berbahan baku bambu di pasaran dan juga furniture dari bambu di rumah kita.
Bambu, rumput yang yang memiliki sifat kayu
Meskipun bambu adalah tanaman kayu, secara teknis bambu merupakan bagian dari keluarga Gramineae yang meliputi 75 genus dan 1.250 spesies bambu. Dari bambu varietas herbaceous yang memiliki ketinggian kurang lebih 20 cm sampai dengan bambu tropical giant yang memiliki ketinggian hingga 30 meter dan dengan diameter 30 cm pada bagian tengah hingga pangkal batang. Di daerah tropis maupun sub tropis tanaman bambu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan baik.
Pertumbuhan bambu sangat berbeda, dengan pohon biasa yang memiliki poros sebagai pusat pertumbuhan dan pertumbuhan sekunder. Sedangkan bambu tangkainya tumbuh dari bawah tanah dan tidak memiliki poros sebagai pusat pertumbuhan serta tidak ada pertumbuhan sekunder. Sehingga pertambahan umur tidak dapat diukur dengan pertambahan diameter. Pertumbuhan tanaman dari masa muda ke dewasa menunjukan pola tunas baru tumbuh dengan meningkatkan garis tengah dan makin tinggi. Tunas yang baru muncul umumnya akan mencapai tinggi maksimal pada usia 3 sampai 4 bulan.
Pertumbuhan yang cepat dan memiliki hasil yang tinggi
Bambu merupakan tanaman yang mampu meregenerasi dirinya sendiri secara alami. Saat tangkai bambu dipanen, maka tunas baru akan muncul dan menggantikanya dalam waktu beberapa bulan. Jika di bandingkan dengan pohon yang hanya dapat dipanen dengan rotasi beberapa tahun, bambu dapat dipanen secara rutin pertahun. Pertumbuhan bambu yang cepat berarti menjamin kelangsungan untuk memenuhi kebutuhan yang berkelanjutan.
Tergantung dari jenisnya, perkebunan bambu dapat produktif lebih dari 50 tahun. Panen perdana tanaman bambu di perkebunan biasanya dimulai pada usia setelah 5-7 tahun. Proses pemanenan dapat dilakukan dengan peralatan yang cukup sederhana dan murah. Seperti gergaji tangan, dan peralatan sederhana lainnya yang sering di butuhkan.
Di perkebunan, bambu akan menghasilkan biomass yang dapat mendukung untuk memelihara lingkungan yang hijau. Perkebunan bambu seluas 1.000 hektar dapat menghasilkan kira-kira 30 ribu ton sumber penghasil kayu.
Penggunaan Bambu secara tradisional dan industri
Bambu adalah material yang serbaguna. Setiap jenis memiliki ciri fisik dan kandungan kimia yang cocok dengan tujuan ahirnya. Ada jenis bambu yang (1) memiliki kandungan selulosa yang tinggi (2) serabut yang panjang (3) rendah lignin (4) tumbuh dengan cepat dan menghasilkan biomas yang maksimal (5) ideal untuk pembuatan bubur kertas, seperti jenis bambu Bambusa Arundinacea, Dendrocalamus strictus, Bambusa vulgaris, Bambusa tulda, D hamiltonii, Dendrocalamus Longispatus, and Melocana baccifera. Spesies diatas sangat efektif untuk digunakan sebagai bahan mentah untuk industri Pulp & Paper.
1700 tahun yang lalu China memulai pembuatan kertas dari bambu. Sampai dengan hari ini bubur kertas merupakan produk utama bambu. Dengan jutaan bambu yang digunakan setiap tahunnya untuk tujuan yang khusus. Bambu juga digunakan secara tradisional untuk pembuatan rumah sederhana dengan biaya rendah, jembatan dan kerajinan tangan.
Dari sudut pandang industri, bambu sangat mempesona karena merupakan material lunak tapi sangat kuat untuk digunakan dalam aplikasi konstruksi modern. Kepadatan bambu sebanding dengan kayu keras dan kekuatannya melebihi baja. Saat ini tengah dikembangkan cara baru untuk mengolah serat bambu untuk pembuatan aplikasi standar yang modern.
Bambu lapis dan triplek dari bambu saat ini lebih sering digunakan untuk bahan pembuatan perabot rumah tangga. Bambu parquet juga merupakan salah satu produk dengan prospek yang sangat besar, selain itu partikelboard dan fiberboard dari bambu juga sangat menarik.
Tunas muda atau rebung bambu merupakan sumber makanan yang enak dan kaya serat. Permintaan yang tinggi akan rebung segar di temukan pada masakan asia.
Pasar Bambu
Pasar Bambu sangat besar dan terus meningkat dengan cepat. Menyebarnya tingkat kesadaran akan perlunya pelestarian lingkungan dan peraturan yang keras yang mengatur mengenai eksploitasi sumber penghasil kayu menjadi dasar pengembangan pasar bambu. Permintaan akan bambu lebih dari sebelumnya karena ini adalah sumber pengganti kayu yang baik dan salah satu cara untuk menghemat hutan hujan. Eropa dan Amerika mengimpor produk-produk bambu dari Asia, seperti tusuk gigi, tusuk sate. Dan produk dengan nilai yang lebih seperti lantai bambu, kertas, tekstil, perabot rumah tangga, barang-barang kerajinan tangan. Di industri makanan rebung merupakan bisnis bernilai jutaan dolar, rebung di produksi untuk ekspor di Cina, Thailand, Taiwan. Mereka menjualnya dalam keadaan masih segar ataupun yang sudah di kemas di dalam kaleng dan kadang-kadang juga mengkombinasinya dengan kuah ataupun pedas.
Penelitian dan pengembangan
TPengembangan industri bambu memerlukan persediaan material mentah secara berkelanjutan, sehingga di butuhkan manajemen yang dapat menjamin ketersediaan bahan di masa yang akan datang. Sampai sejauh ini sumber penghasil utama kebutuhan bahan mentah bambu untuk industri masih di suplai dari hutan-hutan bambu alami. Di banyak kasus, hutan bambu alami hanya mampu menghasilkan 2-6 ton perhektar dengan jenis yang heterogen, dan ini hanya kira-kira 20 % dari yang dihasilkan di perkebunan bambu.
Tidak adanya manajemen bambu yang baik membuat proses pemanenan bambu di hutan dilakukan dengan cara menebang habis seluruh tanaman, praktek ini sangat tidak ekologis dan merupakan pemborosan karena banyak batang bambu yang semestinya belum dapat di manfaatkan. Batang bambu yang masih muda mungkin hanya akan di manfaatkan pada bagian pangkalnya saja seperti untuk kerajinan sedangkan sebagian lainnya hanya akan berakhir menjadi kayu bakar atau bahkan hanya akan terbuang sia-sia. Oleh karena itu manajemen sangat diperlukan untuk dapat menghindari pemborosan yang tidak perlu dan mencegah kerusakan lingkungan.
Hutan bambu alami yang memiliki jenis bambu yang bermacam-macam bagaimanapun juga memang tidak mudah untuk diatur. Sedangkan manajemen bambu hanya dapat di capai dengan jalan tebang pilih, akan tetapi cara ini memang tidak mudah untuk dilaksanakan dan membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan cara tebang habis seluruh tanaman. Di sini manjemen dianggap membutuhkan banyak biaya ekstra. Namun faktor biaya tersebut sebenarnya sangat rendah jika dibandingkan dengan efek kerusakan lingkungan yang di timbulkan dari kerusakan hutan hingga hilangnya material yang di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan industri.
Karena ketiadaan manajemen bambu yang baik, negara-negara seperti India, Bangladesh membutuhkan jutaan hektar untuk penanaman bambu guna mencukupi permintaan industri terutama untuk industri pulp & paper. Penyebab itu semua karena tidak adanya manajemen penebangan serta tidak diikuti dengan reboisasi. Hal yang sama juga terjadi di Cina karena eksploitasi yang besar-besaran. Bahkan salah satu perusahan yang memproduksi produk dari bambu terpaksa berhenti karena ketiadaan sumber bahan baku di dekatnya.
Solusi dari masalah di atas ialah perlunya pengaturan perkebunan bambu, ada sebuah keuntungan besar sebenarnya yaitu bambu dapat tumbuh dengan baik di banyak area dengan iklim yang berbeda, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Perkebunan
Hasil dari hutan bambu alami sebenarnya sangat rendah jika dibandingkan dengan perkebunan bambu yang telah di atur dengan baik. Perkebunan yang telah di manajemen dapat menghasilkan 5 kali lebih banyak daripada hutan bambu alami. Jika dipukul rata setiap hektar hutan bambu alami hanya akan menghasilkan 4 ton pertahun untuk setiap hektarnya. Sedangkan di perkebunan bambu hasil rata-rata setiap tahunnya dapat mencapai 20 hingga 36 ton per hektar. Produksi bambu sebenarnya dapat di tingkatkan jika pendekatan sistematis silvikultural diterapkan, tetapi hal ini jarang di terapkan di daerah tropis dimana bambu dapat tumbuh subur dengan mudah. Manajemen perkebunan bambu yang bagus dapat menjamin keberlangsungan pasokan untuk produk sejenis yang spesifik. Dengan manajemen yang bagus kita dapat memperoleh tanaman dengan karakteristik yang kita inginkan. Banyak pilihan yang dalam menggunakan bambu tergantung dari keunikan yang ada pada tangkainya. Langkah pertama yang penting dilakukan untuk mengatur perkebunan adalah memilih spesies yang sesuai anatomi, kandungan kimia dan kekayaan mekanis lainnya.
Bisnis menumbuhkan bambu
Bambu adalah kayu di masa yang akan datang. Peningkatan permintaan bahan mentah oleh industri bambu adalah sebuah tanda jika uang dapat di hasilkan dari bisnis pengembangbiakan bambu.
Biaya untuk membuat perkebunan yang baru tergantung dari biaya tenaga kerja, persiapan tanah, fertilizer, pengairan, dan tanaman. Biayanya hampir sama dengan membuat perkebunan kayu. Akan tetapi ada perbedaan yang sangat besar pada periode pengembalian modal, kayu membutuhkan waktu yang lebih lama dari perkebunan bambu. Investasi pada perkebunan bambu akan kembali hanya dalam waktu kurang lebih 10 tahun. Dan karena alasan tersebutlah maka perkebunan bambu menghasilkan keuntungan yang lebih cepat dari pada kayu. Perkebunan bambu akan menjadi sangat menguntungkan setelah 5 tahun.
Untuk dapat dipanen setiap tahun hanya perlu mempertimbangkan tingkat kekakuan batang yang telah dewasa saja. Selain itu kita cukup menanam bambu sekali saja dan akan dapat di panen sampai dengan 50 tahun. Sedangkan kayu umumnya setelah di panen kita perlu menanam lagi dan tentu membutuhkan biaya dan waktu yang lebih lama lagi. Selain dapat tumbuh lebih cepat, bambu juga menyerap air lebih tinggi serta dapat mencegah erosi. Maka dari itu selain lebih menguntungkan secara ekonomi, bambu juga lebih menguntungkan dari segi ekologi. Keuntungan lain yang sangat penting adalah selain memproduksi biomass yang sangat tinggi, bambu juga sangat efisien sebagai penghasil pulp. Bambu mampu menghasilkan pulp 7 kali lebih banyak dibandingkan dengan kayu untuk setiap hektarnya.
Sumber : http://www.bambunusaverde.com/bahasa/prospek-perkebunan-bambu.htm
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar