Memperbaiki Tata Air dengan Bambu
FREKUENSI banjir, longsor, dan
kekeringan dari tahun ke tahun makin tinggi. Intensitasnya juga makin kuat. Itu
semua karena tata air di negeri ini makin rusak. Salah satu tanaman yang
berpotensi memperbaiki tata air adalah bambu. Di Jepang, Cina, dan Taiwan,
bambu adalah komoditas komersial.
Indonesia sebenarnya punya banyak
jenis bambu yang potensial dibudidayakan, namun selama ini disia-siakan.
Kendala utama budidaya bambu adalah benih. Ini terjadi saat pemerintah
bermaksud membuat “sabuk hijau” dengan hutan bambu di sekeliling waduk
Kedungombo, Jawa Tengah.
Di Indonesia, menanam bambu
selalu menggunakan rumpun bambu. Dari satu rumpun bambu berisi 10 batang, kalau
dibongkar semua hanya menghasilkan 10 benih. Itu pun harus mengorbankan rumpun
yang produktif.
Memang bambu bisa
dikembangbiakkan dengan biji serta kultur jaringan. Namun, upaya menumbuhkan
bunga dan biji bambu juga tidak mudah. Demikian pula dengan kultur jaringan.
Selain itu, dua cara ini biayanya tinggi dan perlu waktu lama.
Untuk mengecambahkan biji sampai
siap tanam, diperlukan paling cepat dua tahun. Kultur jaringan, makan waktu
lebih lama lagi. Maka para petani Thailand menggunakan benih “cangkokan” dari
cabang (ranting). Caranya mirip petani Sleman, DIY, “mencangkok” salak pondoh.
Selain mudah dan murah, teknik ini juga bisa mempercepat pengadaan benih secara
massal. Dari sebatang bisa dihasilkan 10 benih, tanpa mengorbankan
produktivitas rumpun. Benih ranting juga tidak makan tempat dan ringan.
BAHAN yang dipakai petani Thai-
land untuk “mencangkok” bambu adalah kantong plastik bening 0,5 kg atau 1 kg,
dengan media gabus sabut kelapa (cocodush). Gabus sabut direndam air, lalu
dimasukkan ke dalam kantong plastik. Setelah dipadatkan dan ujungnya diikat,
kantong berisi media disayat sebagian. Pangkal cabang yang akan “dicangkok”
dimasukkan ke bagian yang tersayat lalu diikat erat-erat.
Dalam waktu kurang dari satu
bulan akar sudah tumbuh. Cabang baru bisa diambil setelah akar yang kelihatan
pada bungkus plastik itu berwarna coklat. Ujung cabang dipotong tinggal 1,5
meter sebelum disemai di polybag.
Jenis bambu yang banyak
dibudidayakan di Jepang, Cina, dan Thailand adalah bambu yang rebungnya enak.
Di Indonesia, contohnya adalah bambu ater (Gigantochloa atter), bambu betung
(Dendrocalamus asper), bambu duri (Bambusa blumeana) dan bambu hitam
(Gigantochloa atriviolacea).
Jenis yang dibudidayakan Thailand
adalah bambu betung dengan pengairan teknis, hingga rebung bisa dipanen
terus-menerus sepanjang tahun. Dalam satu rumpun secara konstan dipelihara lima
batang bambu. Kalau satu batang ditebang, mereka akan memelihara rebung agar
menjadi individu tanaman baru. Selebihnya rebung dipanen. Tiap 36 hari, satu
rumpun akan menghasilkan satu rebung.
Dengan jarak tanam 4 x 6 m,
populasi per hektar mencapai 400 rumpun. Dari tiap hektar kebun bambu ini, tiap
harinya dapat dipanen 10 rebung. Tiap tahunnya, dari tiap hektar lahan dapat
dipanen 4.000 rebung dan 800 batang bambu.
Potensi ekonomis bambu sebenarnya
juga sangat baik. Pasar komoditas rebung paling potensial adalah Cina, Jepang,
Korea, Taiwan, Hongkong, dan Singapura, selain restoran cina yang banyak
terdapat di negara maju.
Bambunya sendiri, tak perlu
bicara ekspor. Sebab, saat ini pun kalangan perajin dan industri dalam negeri
sudah mengeluh kekurangan suplai bambu kualitas baik.
DI seluruh dunia diperkirakan ada
sekitar 1.000 jenis bambu. Indonesia memiliki 142 jenis, baik yang endemik
(hanya terdapat di satu kawasan) maupun yang tersebar di Asia Tenggara. Selain
itu ada 30 jenis bambu introduksi dari luar negeri.
Dari 142 jenis yang selama ini
dikenal, hanya belasan jenis yang sudah dibudidayakan meskipun budidaya bambu
di Indonesia masih subsisten. Baik rebung maupun bambu yang selama ini
diperdagangkan, merupakan tumbuhan liar dari pekarangan maupun kebun rakyat.
Sebagian malah merupakan hasil penjarahan dari hutan.
Selain berpotensi ekonomis,
sebenarnya kegunaan bambu yang paling penting adalah menjaga ekosistem air.
Sebagai jenis rumput-rumputan (Gramineae), bambu memiliki batang yang kuat dan
lentur hingga tahan angin. Perakarannya tumbuh sangat rapat dan menyebar ke
segala arah. Baik menyamping maupun ke dalam. Maka lahan di bawah tegakan bambu
menjadi sangat stabil dan mudah meresapkan air. Tidak pernah tampak air hujan
menggenang di sekitar rumpun bambu.
Bambu juga tahan kekeringan dan
bisa tumbuh baik di lahan curam pada ketinggian 0-1.500 m di atas permukaan
laut (dpl). Jadi, bambu pun berpotensi menahan longsor.
Memang kadang-kadang dijumpai
banjir atau tanah longsor yang menghanyutkan rumpun bambu. Itu bisa terjadi
pada rumpun bambu yang tumbuh soliter. Kalau bambu ditanam berderet membentuk
teras pada sebuah lereng-jadi sabuk gunung-maka kekuatannya luar biasa. Akar
bambu akan saling terkait dan mengikat antarrumpun. Rumpun berikut serasah di
bawahnya juga akan menahan top soil (lapisan tanah permukaan yang subur) hingga
tidak hanyut tergerus air hujan.
F Rahardi Praktisi Pertanian
Sumber : http://yanworld2.blogspot.com/2012/10/memperbaiki-tata-air-dengan-bambu.html
|
|||||
Saat musim hujan seperti
bulan-bulan ini, kita selalu direpotkan dengan genangan air yang ada di
lingkungan rumah. Saat itu juga yang ada dipikiran adalah cepat-cepat
membuang air hujan itu ke selokan atau drainase. Jika selokannya mampet atau
dangkal ya sudah tunggu matahari untuk menguapkannya. Apalagi kalau halaman
rumahnya sempit, waah sangat tidak nyaman sekali!
Inilah pemahaman yang salah,
justru air hujan itu sebaiknya ditahan selama mungkin di dalam tanah yang ada
di sekitar rumah. Cara yang paling mudah adalah dengan membuat biopori untuk
menyalurkan air hujan ke dalam tanah. Bahannya tidak perlu memakai pipa PVC,
bisa dengan batang bambu sepanjang 1 m yang bagian buku-bukunya dilubangi.
Lalu supaya nanti air tanahnya itu tertahan, di sekelilingnya ditanami bambu.
Sangat mudah dan murah serta ramah
lingkungan, juga tidak memerlukan drainase lagi, dan pada saat musim kemarau,
kita tidak lagi kekurangan air bersih. Selamat mencoba!
dokumentasinya bisa dilihat di http://www.indonesianvillage.com/2012/12/11/tips-menangani-air-hujan/
|
Semoga Kita Semakin Menemukan Jalan Untuk Menguatkan Bangunan Tata Air dengan Bambu Ini Pak Hasan
BalasHapusPerkenankan saya sukamto.alamat desa galanggang kab bandung barat,pekerjaan petani tak berlahan? Mengapa bertani tak mempunyai lahan,,, benar kalau saya bertani dan harus mempunyai lahan,terlalu luas lahan yang saya perlukan nanti masyarakat lainnya tak kebagian lahan maka untuk lahan bertani itu saya memerlukan bantuan pemerintah ataupun perusahaan suwasta untuk mengembangkan produk hasil pertanian saya,tanaman yang saya tanam 1batang memerlukan lahan, seluas 49 m2 kalau saya tanam 10 000 batang alangkah luas lahan yang di perlukan, dalam 1 ha , memerlukan bibit 300 batang saja .harapan saya kedepan saya dapat bertani untuk memberikan nilai fropit cukup baik terhadap perusahaan pengembang.dan mensejahterakan masyarakat yang menekuninya. Salah satu wadah untuk mewujudkan cita cita saya itu perlu adanya dukungan dan kerjasama dari instansi pemerintah yang membidangi terutama kementerian_ kehutanan_dan program program _penanaman bambu_ saya selaku masyarakat kecil hanya baru bisa membuatkan bibit bambu _untuk keberlangsungan _program penghijauan _budi daya_dan konservasi_dengan adanya program penanaman bambu tsb harapan saya kedepan masyarakat dapat memanfaatkan hasil hutan non kayu dengan leluasa tanfa keterbatasan matrial karena bambu satu satunya matrial dan sumber energi dapat di perbaharui dalam waktu singkat_ katakanlah menurut penelitian saya dilapangan tanaman bambu dapat bergenerasi dalam waktu 8bulan saja_dalam arti tanaman bambu dalam satu batang_mempunyai percepatan 8bulan bergenerasi _kalau satu rumpun terdiri dari 50 batang maka generasi yang di hasilkan minimal 30 batang dalam 8bulan _maka satu rumpun mempunyai produktifitas 80 batang dalam 8 bulan_ yang tentunya akan memberikan berbagai nilai terhadap kehidupan_ ekonomi ekologi dan terutama akar akar serabutnya akan mengabdikan dirinya sepanjang massa untuk-menyeraf air_ kedalam tanah dan memberikan kesegaran terhadap sumber air_dan pengairan pertanian __terimaksih sudah peduli membaca artikel wong ndeso_jangan lupa kalau memerlukan bibit bambu _di bertani tak berlahan _menyediakan bibit bambu petung_bibit bambu wulung_bibit bambu hitam_bibit bambu kuning _bibit bambu _ampel_bibit bambu_Tutul-bibit bambu guadua_bibit bambu cendani-bibit bambu_thailand_\giant bamboo_bibit_bambu_cangkoreh_bibit bambu budha_bibit bambu oldhamii_bibit bambu lengka_ater_temen_kekes_tamiang_gombong_lemang hijau-lemang kuning p bali- dan banyuak lagi jenis bambu yang akan kami persembahkan untuk bumi dan kesejahteraan masyarakat _no kontak sukamto_online wa087823021226_ cp hp_085_320_51_4430 _area bandung dari pintu tol padalarang 6km arah batu jajar salam bambu selalu sukamto
BalasHapus