MENGENAL
BAMBU DAN MANFAATNYA TERHADAP KONSERVASI ALAM, KONSTRUKSI DAN KERAJINAN
Oleh : Lieke Tan
PENDAHULUAN
Pengalaman
gempa tsunami, banjir dan bencana alam lainnya, perlu mendapat
perhatian seluruh lapisan masyarakat untuk lebih prihatin dan
memperhatikan pola hidup dan tindak masyarakat dalam mempertahankan dan
memelihara lingkungan sekitarnya.
Selain kebijakan pemerintah melalui Lembaga/Instansi
penyelenggara yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan
hidup, perlu dipertimbangkan setiap kebijakan-kebijakan dan penanganan
masalah lingkungan secara terpadu dan efektif sehingga azas kelestarian
produksi dan lingkungan selalu terpelihara dan berkesinambungan.
Kondisi
efek pemanasan global yang semakin memprihatinkan saat ini perlu segera
mendapat perhatian untuk dilakukan tindakan kebijakan dalam rangka
memulihkan kembali fungsi-fungsi hutan dan lingkungan alam melalui upaya
konservasi alam secara baik, terarah dan cepat, sehingga kelestarian
alam dan lingkungan dapat menjamin pemulihan keseimbangan ekosistem alam
dan lingkungan hidup. Hutan di Indonesia sampai dengan tahun 2000 dari
Eksekutif data strategis Kehutanan (2001) terdapat lahan kritis sebesar
23.242.881 ha (21,57 %) dari luas kawasan hutan 108.571.713 ha (untuk 23
propinsi yang telah ditetapkan dengan SK Menhut tahun 2001)
Kondisi ini perlu mendapat perhatian untuk dilaksanakan kebijakan
reboisasi dengan memilih metoda, mekanisme dan jenis yang perlu untuk
meningkatkan kualitas lingkungan dalam waktu pendek. Salah satu alternatif
kebijakan yang dapat dipertimbangkan adalah menggunakan bambu sebagai tanaman
untuk reboisasi.
Bambu merupakan
produk hasil hutan non kayu yang telah dikenal bahkan sangat dekat dengan
kehidupan masyarakat umum karena pertumbuhannya ada di sekeliling kehidupan
masyarakat. Bambu termasuk tanaman Bamboidae anggota sub familia rumput, memiliki
keanekaragam jenis bambu di dunia sekitar 1250 – 1500 jenis sedangkan Indonesia
memiliki hanya 10% sekitar 154 jenis bambu (Wijaya et al, 2004).
Bambu banyak
digunakan masyarakat dalam memenuhi kehidupan sehari-hari meliputi kebutuhan
pangan, rumah tangga, kerajinan, konstruksi dan adat istiadat.. Bambu
memiliki multi fungsi pemanfaatan sebagai bahan makanan untuk manusia (Rebung),
binatang (pucuk daun muda), kebutuhan rumah tangga dan aneka kerajinan dengan
berbagai tujuan penggunaan mulai dari cinderamata, mebel, tas, topi, kotak serba
guna hingga alat musik serta konstruksi untuk pembuatan jembatan, aneka sekat,
konstruksi rumah meliputi tiang, dinding, atap. Kebutuhan adat istiadat bambu
digunakan dalam upacara adat hindu dan budha diantaranya untuk upacara kremasi
jenazah. Sedangkan tujuan konservasi alam sangat efektif untuk reboisasi
wilayah hutan terbuka atau gundul akibat penebangan karena pertumbuhan rumpun
bamboo sangat cepat dan toleransinya terhadap lingkungan sangat tinggi serta
memiliki kemampuan memperbaiki sumber tangkapan air sangat efektif
MANFAAT
BAMBU
Kehidupan masyarakat desa, bambu sangat dekat dan dibutuhkan untuk berbagai kebutuhan masyarakat desa mulai lahir (untuk memotong pusar bayi dan sunatan) sampai meninggal (kremasi jenazah). Aktifitas kehidupan sehari-haripun tak luput dari pemanfaatan bambu sebagai bahan makanan (rebung), pembungkus makanan (daun), makanan ternak (pucuk muda), sapu lidi, kerajinan untuk kebutuhan rumah tangga, cinderamata dan mebeuler, industri (pulp dan kertas), konstruksi (jembatan, bangunan rumah, tiang, sekat, dinding, atap dan penyanggah), bahan bakar dan untuk upacara adat
Kehidupan masyarakat desa, bambu sangat dekat dan dibutuhkan untuk berbagai kebutuhan masyarakat desa mulai lahir (untuk memotong pusar bayi dan sunatan) sampai meninggal (kremasi jenazah). Aktifitas kehidupan sehari-haripun tak luput dari pemanfaatan bambu sebagai bahan makanan (rebung), pembungkus makanan (daun), makanan ternak (pucuk muda), sapu lidi, kerajinan untuk kebutuhan rumah tangga, cinderamata dan mebeuler, industri (pulp dan kertas), konstruksi (jembatan, bangunan rumah, tiang, sekat, dinding, atap dan penyanggah), bahan bakar dan untuk upacara adat
Manfaat lain
dari bambu yaitu memiliki keunggulan untuk memperbaiki sumber tangkapan air
yang sangat baik, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah secara
nyata. Selain itu bambu merupakan tanaman yang mudah ditanam, tidak
membutuhkan perawatan khusus, dapat tumbuh pada semua jenis tanah (baik lahan
basah/kering), tidak membutuhkan investasi besar, pertumbuhannya cepat,
setelah tanaman mantap (3 – 5 tahun) dapat di panen setiap tahun tanpa merusak
rumpun dan memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan alam dan kebakaran,.
Bambu juga memiliki kemampuan peredam suara yang baik dan menghasilkan banyak
oksigen sehingga dapat ditanam di pusat pemukiman dan pembatas jalan raya
Memperhatikan
manfaat bamboo, beberapa Negara asia diantaranya china telah menggunakannya
bambu sebagai tanaman utama konservasi alam selain untuk memperbaiki dan
meningkat sumber tangkapan air, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah
tanah juga pertimbangan budaya dan meningkatkan ekonomi masyarakat melalui aneka
kerajinan serta kebutuhan konstruksi.
Masyarakat Bali
Desa Pakraman Angseri telah sukses menggunakan Bambu sebagai tanaman hutan
rakyat seluas 12 ha, ternyata telah membantu menjaga dan memulihkan aliran air
bawah tanah dan mata air panas, meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan
bamboo untuk usaha kerajinan serta menunjang kehidupan komunitas kera untuk
dijadikan sebagai tempat wisata (Sumatera dan Peneng, 2005).
Bambu Center
Pusat Study Ilmu Teknik UGM melalui program Magister Teknologi Bahan Bangunan
dan Perhimpunan pecinta Bambu Indonesia (Perbindo) Yogyakarta, telah melakukan
berbagai penelitian untuk memanfaatkan bamboo dalam konstruksi bangunan bagi
wilayah-wilayah rawan gempa dan bencana alam. Selain itu telah dilakukan pula
pemanfaatan teknologi pengolahan bamboo melalui metoda pengawetan untuk
meningkatkan nilai pakai bamboo, membuat balok bambu untuk tiang bangunan dan
kuda-kuda, papan laminasi, papan panel dan atap bamboo.
Manfaat bamboo
dalam teknologi sangat menjanjikan, memiliki peluang industri dengan investasi
kecil, penggunaan teknologi pengolahan sederhana dan siklus panen bamboo sangat
pendek dan berkesinambungan.
KONSERVASI
ALAM
Konservasi alam sangat idealis dan ngetrend diperbincangkan saat orang berbicara seputar kualitas lingkungan dan polusi. Idealisme inipun sangat gencar disuarakan pencinta alam dan lingkungan hidup. Namun tidak semudah membalikkan telapak tangan karena membutuhkan pertimbangan yang terkadang sangat birokratis dan dilematis.
Konservasi alam sangat idealis dan ngetrend diperbincangkan saat orang berbicara seputar kualitas lingkungan dan polusi. Idealisme inipun sangat gencar disuarakan pencinta alam dan lingkungan hidup. Namun tidak semudah membalikkan telapak tangan karena membutuhkan pertimbangan yang terkadang sangat birokratis dan dilematis.
Banyak konsep
dan terobosan untuk mengatasi dan memelihara lingkungan telah diketahui, namun kenapa sulit ...?? apa kesulitannya... ?? seolah
berada dalam suatu lingkaran yang sulit memperoleh ujung dan pangkalnya untuk
keluar dari permasalahan yang dihadapi. Kita sadari, konservasi alam dalam
rangka pemulihan hutan dan fungsi-fungsi hutan terhadap lahan-lahan kritis
berbasis tanaman kayu sangat mahal dan membutuhkan perawatan dan waktu panjang.
Walaupun kita sadari pemerintah telah berupaya membuat berbagai cara untuk
memulihkan kembali fungsi hutan pada lahan terbuka, lahan tidur dan lahan kritis
untuk kepentingan masyarakat melalui program hutan kemasyarakatan yang berbasis
swadaya masyarakat, namun masih memiliki banyak kendala pengelolaannya.
Data CIFOR
telah memperkirakan hutan Indonesia sekitar 3,8 juta ha setiap tahun musnah
akibat penebangan. Memperhatikan kondisi demikian, berarti pemerintah perlu
melakukan kebijakan jangka pendek untuk menyelamatkan sumber daya alam hutan
serta menjaga keseimbangan ekosistim, ekologi hutan dan plasma nuftah serta
mengatasi kekeringan dan kerusakan habitat sumber daya alam yang ada. Langkah
bijaksana yang dapat diambil dalam jangka waktu pendek terutama untuk melindungi
DAS adalah dengan menggunakan bamboo sebagai tanaman reboisasi. Pertimbangan
menggunakan bamboo sebagai tanaman untuk penghijauan karena memiliki pertumbuhan
sangat cepat, investasi kecil, tidak membutuhkan perawatan khusus, dalam usia
3 – 5 tahun telah memperoleh pertumbuhan mantap dan dapat dipanen setiap tahun.
Selain itu dapat dilakukan penanaman campuran secara silang dengan tanaman
berkayu (pohon) untuk tujuan pemulihan fungsi hutan kembali dalam jangka pendek.
Utthan
centre dalam upaya konservasi pada lahan bekas
penambangan batu di India melakukan penanaman hutan bamboo seluas 106 ha,
ternyata dalam waktu 4 tahun permukaan air bawah tanah meningkat 6,3 meter dan
seluruh areal penanaman menghijau serta memberi pekerjaan kepada sekitar 80%
penduduk setempat dan menambah pendapatan masyarakat melalui industri kerajinan
bamboo. (Tewari, 1980 dalam Garland 2004)
Hasil studi
Akademi Beijing dan Xu Xiaoging, melakukan inventarisasi dan perencanaan hutan
dengan melakukan studi banding hutan pinus dan bamboo pada DAS ternyata bamboo
menambah 240% air bawah tanah lebih besar dibandingkan hutan pinus. (Bareis,
1998, dalam Garland 2004))
Bamboo sebagai
pilihan utama untuk reboisasi pada daerah aliran sungai terutama lokasi sumber
tangkapan air, karena memiliki kemampuan mempengaruhi retensi air dalam lapisan
topsoil yang mampu meningkatkan aliran air bawah tanah sangat nyata.
China selain
pertimbangan nilai konservasi menanam hutan bamboo untuk kepentingan sumber air
dan irigasi terdapat perhitungan ekonomis yang memiliki nilai komersial tinggi,
didukung nilai adat dan budaya telah melakukan penanaman hutan bambu seluas
4,3 juta ha yang mampu menghasilkan bambu sebanyak 14,2 juta ton/tahun.
Kondisi hutan bamboo di China telah mencapai 3 % dari total hutan dan telah
berhasil memberi kontribusi sekitar 25% dari total ekspor sebesar US $ 2,8
milyard (SFA, 1999, dalam Garland, 2004)..
Suksesnya
penanaman bamboo di Negara Asia lainnya, telah memberikan dorongan strategi
Indonesia untuk melakukan gebrakan secara nasional untuk menyelamatkan sumber
daya alam hutan khususnya daerah aliran sungai dan sumber tangkapan air dalam
jangka pendek, sehingga ancaman kekeringan yang diprediksi dengan efek pemanasan
global ke depan dapat diatasi dengan menggunakan bamboo sebagai tumbuhan yang
perlu mendapat perhatian untuk reboisasi. Bambu dan manfaatnya sudah
diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1995, namun pertimbangan eksploitasi
kayu lebih mendapat perhatian utama karena memiliki nilai komersial
diperhitungkan lebih tinggi dari bamboo.
KONSTRUKSI
Bambu pada umumnya telah dikenal masyarakat luas dan dalam konstruksi tidak disadari masyarakat lebih memilih bamboo, seperti untuk tiang penyanggah gedung bertingkat apabila dalam pembangunan/pengecatan, karena mudah diperoleh, murah dan ukuran lebih panjang dengan kekuatan yang mampu menjamin kekokohan penyanggah.
Bambu pada umumnya telah dikenal masyarakat luas dan dalam konstruksi tidak disadari masyarakat lebih memilih bamboo, seperti untuk tiang penyanggah gedung bertingkat apabila dalam pembangunan/pengecatan, karena mudah diperoleh, murah dan ukuran lebih panjang dengan kekuatan yang mampu menjamin kekokohan penyanggah.
Bambu memiliki
keawetan yang sangat rendah, mudah diserang microorganisme dan serangga sehingga
untuk penggunaan jangka panjang orang tidak memilih bamboo. Memperhatikan
manfaat dan kekuatan bamboo, telah diupaya langkah pengawetan untuk meningkatkan
nilai pakai bamboo sehingga mampu dipakai untuk waktu lama.
Tanpa
pengawetan di tempat terbuka bamboo hanya dapat digunakan 1 – 3 tahun, apabila
dibawah naungan/terlindung 4 – 7 tahun, dan pada kondisi ideal dapat digunakan
10 – 15 tahun, apabila dengan pengawetan dapat digunakan lebih dari 15 tahun (Liese,
1980 dalam Morisco 2005)
Bambu center
Pusat Study Ilmu Teknik UGM melalui program Magister Teknologi Bahan Bangunan
dan Perhimpunan pecinta Bambu Indonesia (PERBINDO) Yogyakarta, telah melakukan
berbagai penelitian tentang pemanfaatan bamboo bagi konstruksi bangunan tahan
gempa, serta rancangan perumahan rumah sangat sederhana yang menggunakan bahan
bamboo untuk tiang, dinding, kuda-kuda dan atap.
Konstruksi
bangunan yang menggunakan bamboo telah digunakan turun temurun oleh masyarakat
adat Toraja, rumah tongkonan dengan menggunakan bamboo sebagai konstruksi
penutup atap dan penyanggah sangat baik untuk sirkulasi udara dan memuiliki
nilai arsitektur tinggi serta nilai adat yang khas.
Penggunaan
bamboo untuk tujuan konstruksi bangunan jangka panjang sebaiknya dilakukan
pengawetan lebih awal, agar bamboo yang digunakan memiliki nilai pakai yang
dapat menjamin waktu pakai lama.
INDUSTRI
KERAJINAN
Pengembangan wirausaha Indonesia terus digerakan dan telah mendapat perhatian banyak kalangan diluar Maluku dengan fokus pola usaha kerajinan tangan. Salah satu bahan baku yang melimpah ruah, murah dan mudah diperoleh adalah bamboo, sehingga tidak merupakan kendala dan bahkan industri kerajinan tangan diluar Maluku memiliki nilai persaingan yang tinggi. Akibatnya para wirausaha kerajinan berusaha bersaing untuk meningkatkan kualitas, penampilan dan manfaat produk barang yang dihasilkan agar dapat diserap oleh pasar dalam dan luar negeri.
Pengembangan wirausaha Indonesia terus digerakan dan telah mendapat perhatian banyak kalangan diluar Maluku dengan fokus pola usaha kerajinan tangan. Salah satu bahan baku yang melimpah ruah, murah dan mudah diperoleh adalah bamboo, sehingga tidak merupakan kendala dan bahkan industri kerajinan tangan diluar Maluku memiliki nilai persaingan yang tinggi. Akibatnya para wirausaha kerajinan berusaha bersaing untuk meningkatkan kualitas, penampilan dan manfaat produk barang yang dihasilkan agar dapat diserap oleh pasar dalam dan luar negeri.
Kendala produk
kerajinan berbasis bamboo adalah keawetan bamboo yang rendah, sehingga untuk
meningkatkan nilai pakai dan kualitas produk, telah dilakukan pengawetan bamboo
sebelum dimanfaatkan. Aneka bentuk kerajinan mulai dari kebutuhan rumah tangga,
cinderamata, perdagangan dan industri telah banyak diperkenalkan di pasaran.
PENUTUP
Mengenal bamboo dan manfaatnya melalui uraian singkat diatas diharapkan dapat merupakan wacana dalam kebijakan pemerintah daerah maupun instansi terkait untuk mengambil manfaat sesuai konteks kebijakan dalam rangka melindungi dan merehabilitasi kawasan hutan dalam waktu pendek untuk tujuan konservasi, khususnya pada wilayah DAS yang sangat rawan banjir dan wilayah sumber tangkapan air untuk meningkatkan aliran air bawah tanah berkaitan dengan kebutuhan air bersih masyarakat dan pada hutan terbuka/gundul akibat pola usaha pertanian.
Mengenal bamboo dan manfaatnya melalui uraian singkat diatas diharapkan dapat merupakan wacana dalam kebijakan pemerintah daerah maupun instansi terkait untuk mengambil manfaat sesuai konteks kebijakan dalam rangka melindungi dan merehabilitasi kawasan hutan dalam waktu pendek untuk tujuan konservasi, khususnya pada wilayah DAS yang sangat rawan banjir dan wilayah sumber tangkapan air untuk meningkatkan aliran air bawah tanah berkaitan dengan kebutuhan air bersih masyarakat dan pada hutan terbuka/gundul akibat pola usaha pertanian.
KESIMPULAN
1. Bambu merupakan tanaman yang dapat ditanam pada tanah kering/basah, tidak membutuhkan perawatan khusus, investasi kecil, kemampuan toleransi terhadap lingkungan tinggi memiliki multifungsi sebagai bahan makanan, pembungkus, kerajinan, konstruksi dan industri
2. Tanaman bambu memiliki nilai konservasi tinggi karena mampu memberi perkuatan permukaan tanah, melalui kemampuan mempengaruhi retensi air dalam lapisan topsoil, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah
1. Bambu merupakan tanaman yang dapat ditanam pada tanah kering/basah, tidak membutuhkan perawatan khusus, investasi kecil, kemampuan toleransi terhadap lingkungan tinggi memiliki multifungsi sebagai bahan makanan, pembungkus, kerajinan, konstruksi dan industri
2. Tanaman bambu memiliki nilai konservasi tinggi karena mampu memberi perkuatan permukaan tanah, melalui kemampuan mempengaruhi retensi air dalam lapisan topsoil, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah
Daftar
Pustaka
Sumantera, I. W. dan I. N. Peneng, 2005. Pemberdayaan Hutan
bamboo sebagai penunjang sosial ekonomi masyarakat Desa Pakraman Angseri,
tabanan, Bali. Prosiding Perkembangan Bambu Indonesia. Jogya
Morisco, 2005. Rangkuman penelitian Bambu di Pusat Studi Ilmu Teknik UGM (1994 – 2004). Prosiding Perkembangan Bambu Indonesia. Jogya
Anonimous, 2001. Eksekutif Data Strategis Kehutanan. Badan Planologi Kehutanan Dept. Kehutanan. Jakarta.
Morisco, 2005. Rangkuman penelitian Bambu di Pusat Studi Ilmu Teknik UGM (1994 – 2004). Prosiding Perkembangan Bambu Indonesia. Jogya
Anonimous, 2001. Eksekutif Data Strategis Kehutanan. Badan Planologi Kehutanan Dept. Kehutanan. Jakarta.
Garland, L. 2004. Bamboo and Watersheds (a practical, economic
solution to conservation and development). EBF
Environmental Bamboo Foundation Holland. Bamboo : The
Alternative for Tropical Timber.
The Environmental Bamboo Foundation Journal No. 1. 1996
Widjaja, E. A. 2001. Identikit Jenis-jenis Bambu di Kepulauan
Sunda Kecil. Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.
Widjaja, E. A. 2001. Identikit Jenis-jenis Bambu di Jawa.
Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.
Widjaja, E. A., N. W. Utami dan Saefudin. 2004. Panduan
Membudidayakan Bambu . Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.
Sumber : http://indonesiaforest.net/bambu.html